Menelusuri jalan tepi rel yang tiada kian ujungnya. Membuatku tertegun pada pemandangan sekitarnya. Pemandangan ini memang agak mengganggu lingkungan sekitar. Lihat saja rumah-rumah papan yang berjajar di pinggir rel membuat suasana
tidak rapih dan tidak tertata bahkan terlihat kotor dan kumuh. Rumah yang hanya beratapkan papan dan beralaskan tikar. Hanya ruangan kecil dan sempit bahkan hanya cukup untuk membaringkan badan saja. Satu tempat dengan sampah dengan kerumunan lalat. Miris! Entah dimana mereka dapat listrik dan air. Entah bagaimana mereka bisa menjalani hidup seperti itu. Entah mengapa mereka hidup dalam keadaan seperti itu. Apa yang ada dibenak mereka sebenarnya? Mengapa mereka tetap bertahan dalam keadaan seperti itu? Kemauan mereka atau tuntutan hidup?
Hidup di kota metropolitan di masa sulit
seperti ini memang tidak gampang. Berbondong-bondong setiap insan yang
terpesona oleh Ibukota yang mewah dan menawarkan ‘surga’ berdatangan ke sini
setiap harinya. Selalu ada yang datang dan pergi setiap harinya. Bagi mereka
yang siap menerjang rasa, mengorbankan segalanya, mereka bertahan. Tapi bagi
mereka yang tak siap, apalagi tak punya mental, mereka hanya akan menjadi
pengemis-pengemis baru, yang entah kenapa, menjadi sangat biasa dan tak aneh
lagi hari ini. Ini ibukota kawan, bertahanlah atau tinggalkan secepatnya. Buat
mereka yang tak punya nyali, jangan pernah paksakan untuk berada di sini. Ini
bukan tempatmu, ini bukan lingkunganmu. Hanya orang-orang yang kuat yang dapat bertahan!
Saat ini aku mulai terteguh, saat ini aku mulai paham bahwa
inilah kehidupan! Semua orang berjuang untuk hidupnya masing-masing! Terus bergerak untuk bertahan hidup!
0 komentar:
Post a Comment