Laman
"Gundah" berakhir tau pertahankan?!
Untuk Diriku yang Sedang Bertahan Terlalu Lama
Hai, diriku yang hebat…
Sudah terlalu lama kamu menahan luka.
Tersenyum padahal hatimu beku.
Menyembunyikan tangis di balik kesibukan sebagai ibu.
Berpura-pura kuat agar anak-anak tetap merasa aman.
Tapi hari ini… cukup.
Kamu bukan ibu yang egois jika memilih untuk bahagia.
Kamu bukan perempuan lemah hanya karena ingin melepaskan yang sudah menyakitimu berkali-kali.
Kamu bukan istri yang gagal — kamu hanya perempuan yang memilih menyelamatkan jiwanya sendiri.
Kamu sudah mencoba bertahan.
Kamu sudah memberi waktu, kesempatan, dan harapan.
Tapi kamu juga tahu:
Rumah yang sepi tanpa cinta bukan tempat yang sehat untukmu dan anak-anak.
Hidup bersama, tapi hati sudah tidak saling peduli, hanya membuat luka makin dalam.
Ingat…
Anak-anak butuh ibu yang utuh, bukan ibu yang terus menambal hatinya sendiri.
Mereka butuh kasih sayang yang hangat, bukan rumah yang hanya tampak "baik-baik saja" tapi hampa.
Dan mereka akan lebih bahagia jika ibunya tersenyum sungguhan, bukan senyum palsu yang lelah.
Hari ini, beranilah…
Beranilah memulai hidup yang baru.
Beranilah memperjuangkan hak sebagai ibu.
Beranilah mencintai dirimu sendiri — karena itu hadiah paling indah yang bisa kamu berikan untuk anak-anakmu.
Kamu boleh takut.
Tapi jangan lupa, kamu juga kuat.
Kamu bisa bahagia. Dan kamu pantas untuk itu.
Dengan cinta dan penghargaan tertinggi,
Dari aku — untuk aku sendiri.
Pantas kah aku dicintai dengan utuh??
[Diary – Apakah Aku Pantas Dicintai?]
Kadang aku duduk sendiri, memandangi pantulan wajahku di cermin…
Bertanya dalam hati:
“Dengan semua luka yang kubawa, semua kekurangan yang kupunya… apa aku masih pantas dicintai?”
Aku bukan sosok yang sempurna.
Aku pernah marah, pernah kecewa, pernah patah.
Bahkan kadang aku lelah jadi ibu, lelah jadi istri, lelah jadi manusia.
Tapi jauh di dalam diri ini, aku tahu…
Aku punya hati yang setia.
Aku mencintai dengan cara paling tulus—meski seringkali tak dihargai.
Aku memberi, bahkan saat aku sendiri kekurangan.
Aku tetap tinggal, bahkan saat aku ingin lari.
Lalu kenapa rasanya cinta yang kudapat selalu setengah-setengah?
Kenapa aku selalu jadi pilihan terakhir, bukan yang utama?
Aku ingin dicintai… dengan utuh.
Bukan hanya saat aku kuat, cantik, atau menyenangkan.
Tapi juga saat aku rapuh, berantakan, dan butuh dipeluk.
Aku ingin seseorang melihat aku apa adanya…
Bukan karena peran yang kujalani, tapi karena jiwaku yang tak pernah lelah mencinta.
Dan malam ini…
Aku izinkan diriku percaya satu hal:
Aku pantas dicintai.
Pantas dihargai.
Pantas dipilih… tanpa perlu membuktikan diri setiap waktu.
Dan sebelum orang lain mencintaiku dengan utuh, Aku akan belajar mencintai diriku sendiri terlebih dulu.
Karena aku berharga.
Aku layak.
Aku cukup.
Kehamilan Tak Terduga, Hadiah Terindah dari Allah
Kala hidup sedang tidak mudah.
Anak sulung baru 5 tahun. Si tengah masih 2 tahun dan masih sering minta digendong. Aku merasa tubuhku belum selesai beristirahat… dan tiba-tiba aku hamil lagi. Iya, hamil anak ketiga. Di luar dugaan. Padahal sudah dijaga sebisa mungkin. Tapi apalah daya... Allah berkendak lain. Saking tidak percayanya sampai 2kali tespek. dan 2kali kedokter dan bidan.
Jujur saja, saat itu aku menangis. Bukan karena tidak bersyukur, tapi karena bingung.
Bagaimana nanti? Bagaimana membagi waktu? Bagaimana kondisi keuangan kami yang sedang turun-turunnya?
Aku merasa lelah…
Tertekan…
Dan bersalah, karena ada suara kecil dalam hati yang bertanya:
"Mampukah aku?"
Tapi hari demi hari berlalu.
Air mata digantikan dengan istighfar.
Keluhan pelan-pelan berubah jadi doa.
Dan perlahan, aku mulai menerima…
Inilah yang Allah titipkan. Inilah yang harus aku jaga.
Dan saat dia lahir seorang bayi perempuan mungil yang selama ini aku dambakan segala kekhawatiran runtuh. Tangisnya malam itu seakan membawa cahaya baru. Allah memberikan yang aku pinta… bahkan di saat aku merasa tak layak meminta.
Kini, aku sadar…
Semua pemikiran negatifku dulu, semua ketakutan yang sempat memenuhi dada… ternyata tak pernah lebih besar dari kasih sayang Allah.
Jangan buru-buru takut. Jangan cepat-cepat berburuk sangka.
Sebab bisa jadi, hal yang tak kamu inginkan hari ini,
adalah jawaban doa yang kamu bisikkan bertahun-tahun lalu.
Allah selalu tahu apa yang terbaik. Bahkan saat kita belum paham maksudnya.