Dear diriku sendiri,
Ada rasa takut yang sulit kujelaskan…
Setiap kali mendengar orang membicarakan keluargaku, ada bagian hatiku yang mengecil. Karena aku tahu, sebagian besar dari kami mengalami perceraian. Dan aku takut kalau suatu hari nanti, mereka juga akan melihatku dengan tatapan yang sama.
Aku takut dianggap sama seperti mereka.
Aku takut dianggap lemah, gagal, atau “memang sudah keturunan begitu.”
Aku takut jadi bahan omongan tetangga yang hanya melihat dari jauh, tapi berbicara seolah tahu segalanya.
Kadang aku bertanya-tanya, apakah mereka akan mencemoohku jika suatu hari pernikahanku juga tidak bisa dipertahankan?
Apakah aku akan dilabeli “memang keluarga mereka begitu nasibnya”?
Pertanyaan itu menghantuiku, membuatku ingin terus berjuang keras mempertahankan semuanya, bahkan ketika hatiku sendiri lelah.
Aku tahu ketakutan ini manusiawi.
Tapi kadang aku merasa terjebak di antara dua pilihan yang sama-sama menyakitkan: bertahan hanya demi “citra”, atau berpisah lalu siap dicemooh.
Sejujurnya, aku hanya ingin dikenal sebagai perempuan yang berjuang sepenuh hati, bukan sekadar dilihat dari status pernikahan. Tapi dunia sering kali kejam. Mereka hanya melihat dari luar. Mereka tidak tahu luka yang kualami. Mereka tidak tahu perjuanganku setiap hari.
Aku menulis ini bukan karena aku menyerah, tapi karena aku butuh mengakui perasaanku sendiri. Bahwa ya, aku takut.
Aku takut dinilai.
Aku takut cerita keluargaku dijadikan bahan gosip.
Aku takut dicap sama seperti yang lain.
Tapi hari ini aku ingin mulai percaya…
Aku tidak harus mengulang pola keluarga hanya karena mereka punya cerita yang berat.
Aku bisa menciptakan jalan yang berbeda.
Aku bisa memutus rantai luka itu, baik dengan mempertahankan pernikahan yang sehat, ataupun dengan berani menyudahi hubungan yang menyakitkan.
Aku ingin percaya bahwa nilai diriku tidak ditentukan oleh status pernikahan.
Aku bisa menjadi perempuan yang kuat, mandiri, dan mencintai anak-anakku dengan sepenuh hati, apapun yang orang lain katakan.
Hari ini aku menulis untuk mengingatkan diriku sendiri:
> “Aku boleh takut, tapi aku tidak boleh membiarkan ketakutan itu menguasai hidupku. Aku berhak memilih jalan yang membuatku tenang, dan itulah keberanian yang sebenarnya.”
Aku tahu perjalananku tidak mudah. Tapi aku yakin, satu langkah kecil yang berani hari ini bisa menjadi awal dari kisah yang berbeda untukku dan anak-anakku.
– Catatan hati seorang perempuan yang sedang belajar melepaskan stigma dan merangkul hidupnya sendiri.
0 komentar:
Post a Comment