Hari ini aku kembali bertanya pada diriku sendiri…
“Apakah aku salah diselingkuhi?” Karna aku selalu menyalahkan diriku sendiri. Ke 4 kakinya dengan 3 wanita berbeda. Terakhir kalinya tepat di akhir tahun 2023 kemarin.
Mungkin pertanyaan ini terasa begitu berat. Ada luka yang tak bisa kuungkap dengan kata-kata. Karena setiap kali mengingat apa yang suamiku lakukan, hatiku terasa hancur lagi.
Kadang aku berpikir, mungkin aku yang salah. Mungkin aku tidak cukup baik. Mungkin aku tidak bisa melayani suami dengan sempurna. Tapi ketika aku merenung lebih dalam, aku sadar… aku sedang terluka.
Bagaimana bisa aku memberikan cinta dengan utuh, jika hati ini terus diinjak-injak? Bagaimana bisa aku melayani suami dengan tulus, jika kepercayaan yang menjadi fondasi rumah tangga sudah berkali-kali ia hancurkan?
---
Aku tidak salah karena sedang terluka
Dalam Islam, hubungan suami istri bukan hanya urusan fisik. Hubungan itu harus membawa sakīnah (ketenangan), mawaddah (cinta), dan rahmah (kasih sayang).
Seorang istri tidak bisa “dipaksa” untuk memberikan dirinya jika jiwanya hancur.
Seorang istri tidak bisa diminta berpura-pura bahagia jika harga dirinya dilukai dengan perselingkuhan.
Aku sadar… aku bukan penyebab perselingkuhan itu.
Yang bersalah adalah orang yang memilih mengkhianati, bukan yang sedang terluka.
---
Islam tidak membenarkan perselingkuhan dengan alasan apa pun.
Aku pernah mendengar sebuah hadits Rasulullah SAW:
> "Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik kepada Allah, daripada seorang laki-laki yang meletakkan air maninya di rahim yang tidak halal baginya."
(HR. Thabrani, hadits hasan)
Kalaupun ada masalah di rumah tangga, Islam sudah mengajarkan jalan keluarnya:
Musyawarah.
Saling menasihati.
Bersabar dan memperbaiki diri.
Jika semua itu gagal, maka berpisah dengan cara baik-baik (thalaq bi ihsan).
Perselingkuhan bukan hak. Itu dosa.
Tidak ada alasan “aku selingkuh karena kamu begini atau begitu.” Itu hanya pelarian, bukan solusi.
---
Aku bukan penyebab. Aku adalah korban luka.
Suami yang baik seharusnya mengobati luka istrinya, bukan mencari pelampiasan di luar.
Suami yang bertanggung jawab akan memperbaiki rumah tangganya, bukan menambah luka dengan pengkhianatan.
Hari ini aku ingin menulis ini sebagai pengingat untuk diriku sendiri:
🌸 Aku tidak salah diselingkuhi. Aku tidak berdosa karena terluka. Aku layak dihargai, dicintai dengan benar, dan aku tidak akan menyalahkan diriku lagi.
Jika aku belum mampu memberikan cinta seperti dulu, itu karena hatiku sedang berjuang untuk sembuh. Dan itu sangat manusiawi. Allah tahu, aku sudah berusaha.
---
💌 Kalimat penguat:
"Aku bukan penyebab luka ini. Aku sedang berjuang untuk sembuh, dan aku percaya Allah tidak akan meninggalkan hamba-Nya yang terzalimi."
0 komentar:
Post a Comment