Ada satu fase dalam hidup yang tak pernah kubayangkan akan kualami. Fase di mana aku merasa ingin tinggal sendiri, jauh dari lingkungan suami maupun keluargaku. Bukan karena aku tak cinta, bukan karena tak ada cinta. Tapi karena aku merasa... sudah terlalu lelah berharap dimengerti.
Rasanya seperti semua kepercayaan yang dulu kubangun perlahan-lahan runtuh. Mungkin bukan mereka yang berubah, tapi aku yang mulai melihat semuanya dari kacamata yang berbeda. Yang dulunya kupikir tempat berlindung, sekarang justru membuatku merasa asing.
Aku hanya ingin hidup tenang, dengan anak-anakku. Tidak harus menjelaskan apapun, tidak perlu terlihat kuat di depan siapa-siapa. Aku ingin punya ruang sendiri, untuk sembuh. Untuk bernapas tanpa harus memikirkan perasaan orang lain setiap waktu.
Tapi realitanya, niat itu tak semudah wujudnya. Rasanya aku bisa berdiri sendiri. Tapi kalau bersama anak-anak? Aku mulai ragu. Aku merasa tidak cukup kuat, tidak cukup pintar, tidak cukup tangguh untuk menjalani semuanya sendiri sebagai ibu tunggal.
Aku tahu, banyak ibu yang berhasil melakukannya. Tapi di dalam diriku, masih ada keraguan besar. Bukan hanya soal logistik, tapi soal mental. Aku ingin bebas, tapi aku takut kehilangan pijakan. Aku ingin sendiri, tapi aku tak yakin bisa membesarkan anak-anak tanpa support sistem.
Dan di situlah aku diam. Terjebak antara keinginan dan kenyataan. Antara kekuatan dan ketakutan. Antara aku yang sekarang, dan aku yang ingin sembuh.
Aku tau... menyerah bukan tanda lemah, tapi tanda sudah terlalu lama berjuang sendirian. Pelan-pelan, ingin membangun kekuatan itu lagi. Salam untuk diriku, yang meski lelah tapi masih bertahan. 🫶✨
0 komentar:
Post a Comment