Laman

Ketika Ingin Lari, Tapi Harus Tetap Tinggal



Dari dulu, setiap kali hidup terasa berat, aku punya satu cara yang selalu jadi pelarian: pergi. Pergi keluar rumah, mencari udara segar, atau sekadar menjauh dari suasana yang bikin sesak. Aku pikir, dengan menjauh sebentar, hati dan kepala bisa lebih tenang. Dan biasanya memang berhasil.

Tapi itu dulu.
Sebelum aku jadi istri.
Sebelum aku jadi ibu.

Sekarang, ketika masalah datang, pilihan itu tak semudah dulu. Ingin rasanya tetap bisa kabur sejenak—meninggalkan hiruk pikuk rumah, tangisan anak, dapur yang tak ada habisnya, atau rutinitas yang kadang membuatku lupa rasanya menjadi diriku sendiri. Tapi tanggung jawab sebagai ibu tak bisa ditinggalkan begitu saja. Ada anak-anak yang butuh pelukan, butuh jawaban, dan butuh kehadiran. Ada rumah yang menunggu untuk dirawat. Ada peran yang tak bisa digantikan oleh siapa pun.

Ternyata, menjadi ibu bukan sekadar peran. Tapi sebuah perjalanan belajar untuk bertahan, meskipun dalam hati kadang ingin lari. Sebuah proses menumbuhkan keteguhan, bahwa sekalipun jiwa ini lelah, cinta untuk anak jauh lebih besar.

Dan akhirnya, aku belajar menetap. Tidak lagi lari. Tapi berdamai.



Kalau kamu pernah merasa ingin pergi sejenak, itu wajar. Kita semua butuh ruang untuk bernapas. Tapi ingat, menetap bukan berarti kalah. Justru di sanalah letak kekuatan seorang ibu yang memilih tetap ada, meski hatinya kadang ingin jeda. Cerita pengalamanku untuk jadi ibu yang terus belajar bertahan. 💛



0 komentar:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...