Hari ini aku kembali merasa kosong. Rasanya seperti ada lubang di dadaku yang tak pernah bisa tertutup. Aku sudah berusaha tegar, tapi setiap kali bayangan tentang perselingkuhan itu datang, hatiku kembali hancur. Sudah tiga kali aku mendapati bukti yang jelas. Tiga kali pula aku memilih diam dan bertahan.
Bertahan… bukan karena aku masih mencintainya, tapi karena aku tidak mau anak-anakku kehilangan rumah. Karena aku tahu mereka tidak salah, mereka tidak pantas menanggung luka yang sama.
Tapi siapa yang peduli pada lukaku?
Aku hanya bisa memeluk diriku sendiri saat tangis ini pecah di malam hari.
Aku tidak lagi punya perasaan untuk suamiku. Yang tersisa hanya rasa hampa dan kecewa yang terlalu dalam. Kadang aku bertanya pada diri sendiri: “Apakah aku salah karena bertahan?” Tapi setiap kali aku melihat wajah anak-anakku yang polos, aku tahu alasan kenapa aku masih di sini.
Aku bertahan bukan berarti aku lemah. Aku bertahan karena aku ingin mempersiapkan diri dengan baik. Aku ingin suatu hari bisa berdiri tegak dengan anak-anakku tanpa merasa ketergantungan. Aku ingin kuat, meski saat ini hatiku remuk.
Untuk sekarang, aku akan fokus pada diri dan anak-anakku. Aku akan sembuh pelan-pelan. Aku akan menemukan kembali diriku yang sempat hilang di tengah semua luka ini.
Jika kelak aku harus memilih jalan yang berbeda, aku ingin melangkah dengan hati yang sudah siap, bukan dengan hati yang penuh amarah. Aku ingin anak-anakku melihat ibunya sebagai perempuan yang kuat, bukan perempuan yang kalah oleh keadaan.
Hari ini aku menulis ini sebagai pengingat: aku berharga, aku layak bahagia, dan aku tidak akan menyerah pada hidup.
0 komentar:
Post a Comment