Laman

Ada Hal yang Tak Pernah Terlihat dari Luar

Di balik seorang perempuan yang tampak tenang, sering kali tersimpan cerita yang tidak pernah diucapkan. Ada luka yang masih membekas, ada trauma yang belum benar-benar pulih, dan ada air mata yang jatuh diam-diam tanpa seorang pun tahu.

Kehilangan yang paling menyakitkan sebenarnya bukan saat ditinggalkan orang lain, melainkan ketika perlahan kita kehilangan diri sendiri. Saat bercermin tapi tak lagi mengenali sosok yang ada di sana. Bukan bahagia, bukan sedih… hanya hampa. Seakan hidup berjalan, tapi jiwa tertinggal entah di mana.

Namun, meski penuh retakan, kamu masih di sini. Masih bertahan di tengah hari-hari yang tidak selalu ramah. Dan itu bukan kelemahan. Itu adalah bentuk keberanian yang sering tidak kamu sadari.

Pelan-pelan, izinkan dirimu untuk memilih diri sendiri lagi. Beri ruang bagi hatimu untuk beristirahat. Ingat, kamu layak sembuh, kamu layak bahagia, kamu layak menjalani hidup yang utuh—bukan sekadar bertahan.

Karena seorang perempuan bukan hanya ibu, istri, atau anak. Dia juga manusia yang butuh dipeluk oleh dirinya sendiri.



Sunyi yang Menenangkan

Ada hari-hari di mana aku ingin pergi…Bukan untuk lari, tapi untuk menemukan kembali diriku yang hilang dalam ributnya dunia.

Aku ingin sendiri di tempat yang tenang.

Tidak perlu jauh, asal cukup sunyi.

Cukup ada aku… dan suara hening yang tidak menuntut, tidak menyuruh apa-apa.

Di sana, aku ingin tidur tanpa beban.

Menangis tanpa ditanya.

Diam tanpa dicurigai.

Aku hanya ingin jeda.

Sejenak dari semuanya.

Karena hatiku lelah jadi kuat setiap hari tanpa tempat pulang yang benar-benar memahami.

💗 Mau sendiri itu gak egois. Itu tanda kamu sedang butuh pulih. Dan pulih itu juga butuh tempat, bukan hanya waktu.



Diary Seorang Ibu: Saat Hati Mulai Hampa


“Kadang kita bertahan bukan karena masih cinta, tapi karena ada jiwa-jiwa kecil yang menjadi alasan untuk tetap berdiri.”

Aku nggak tahu sejak kapan senyumku ke suami mulai hilang. Rasanya sekarang susah sekali untuk dekat dengannya. Hatiku seperti sudah menolak, seolah ada tembok tinggi yang memisahkan. Aku masih bertahan—bukan karena cinta lagi, tapi demi anak-anak. Tapi kenapa rasanya jadi hampa sekali ya?

Jujur, aku muak. Setelah melahirkan, aku diselingkuhi. Bukan sekali, tapi tiga kali. Alasannya karena aku sering menolak saat dia ingin "itu". Bagaimana aku bisa semangat? Badanku lelah, pikiranku capek, emosiku naik turun setelah melahirkan. Tapi dia tak peka, tak mau disalahkan, dan tak pernah benar-benar mau mendengar. Katanya aku pun begitu. Akhirnya kami sama-sama muak. Hanya saja, aku masih memilih bertahan. Demi anak-anak.

Tapi, sehatkah ini?

Aku sering bertanya pada diri sendiri. Mungkin tidak sehat, karena aku bertahan dengan hati yang kosong. Aku bertahan dengan luka yang belum sembuh. Tapi aku juga tidak sanggup berpisah dan harus kehilangan anak-anak. Suami pernah bilang kalau kami pisah, dia akan minta satu anak. Dan aku tidak bisa—aku tidak percaya anak diasuh olehnya. Jadi aku memilih cara lain: bertahan tapi menjaga batas. Kami seperti teman serumah yang fokus pada anak, bukan lagi pasangan yang saling mencintai.

Namun masalahnya, kadang emosi yang kupendam ke suami malah tumpah ke anak. Aku jadi gampang ngomel, teriak, bahkan memukul ketika mereka membuat kesalahan kecil. Setelahnya selalu ada rasa sesal. Karena aku tahu, anak-anak tidak layak jadi pelampiasan luka hatiku.

Aku sadar, aku butuh belajar menahan diri. Butuh ruang untuk sembuh. Butuh cara agar anak tetap merasa dicintai, meski aku sendiri sering merasa kosong. Anak tidak butuh ibu yang sempurna, tapi mereka butuh ibu yang mau terus berusaha.

Inilah catatan untuk diriku: bahwa meski jalannya terasa berat, aku masih bisa memilih untuk memperbaiki. Aku mungkin tidak bisa memaksa suami berubah, tapi aku bisa belajar menjaga diriku, menjaga anak-anak, dan perlahan belajar berdamai dengan semua luka ini.

“Aku ingin anak-anakku tetap melihat senyumku, meski hatiku penuh luka. Karena senyum ibulah yang membuat mereka merasa dunia tetap aman.”

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...