Sudah 2 tahun sejak kejadian terakhir kalinya itu di akhir 2023. Masih terukir diingatan dengan jelas. Rasanya sakit sekali ke tiga kalinya aku merasakan seperti itu. Dan 2 tahun ini ternyata bisa aku lewati walau dengan air mata. Tapi melihat anak2 sehat rasanya sudah cukup bagiku.
--------------
Hari ini aku kembali menatap wajah anak-anakku yang sedang tidur. Ada banyak pertanyaan yang berputar di kepalaku, tapi satu yang paling sering menghantui adalah:
“Apakah aku egois jika bercerai?”
Aku bertanya itu pada diriku sendiri berkali-kali. Karena aku adalah ibu, dan seorang ibu selalu memikirkan anak-anaknya sebelum dirinya sendiri.
Tapi malam ini, aku ingin menjawab dengan jujur pada diriku sendiri:
Tidak. Aku tidak egois jika bercerai.
Dan tidak, aku tidak sedang menyakiti anak-anak.
Aku justru sedang melindungi mereka dari luka yang lebih dalam.
---
Kenapa tidak egois?
Bertahan dalam hubungan yang dingin, penuh diam, tanpa cinta dan penghargaan… ternyata lebih menyakitkan daripada yang bisa kubayangkan. Anak-anak memang tidak melihat kami bertengkar. Tapi mereka bisa merasakannya.
Anak bisa merasakan ketika ibunya tidak bahagia.
Anak bisa meniru pola cinta yang salah ketika dewasa.
Anak bisa tumbuh dengan keyakinan bahwa rumah adalah tempat di mana cinta harus dikorbankan.
Dan aku tidak mau itu terjadi.
Memilih bercerai bukanlah keegoisan. Itu adalah keberanian untuk menyelamatkan diri dan anak-anakku dari hidup yang setengah-setengah.
---
Apakah anak akan tersakiti?
Mungkin iya. Tapi hanya sesaat. Dan aku bisa membimbing mereka melewati itu.
Karena luka anak bukan berasal dari perceraian, tapi dari bagaimana orang tuanya bersikap setelah berpisah.
Jika setelah bercerai…
Aku tetap hadir penuh cinta untuk mereka.
Ayah mereka tetap ada meski tidak tinggal serumah.
Rumah tetap tenang, tidak penuh tekanan dan air mata…
Aku percaya anak-anak akan tetap tumbuh sehat. Bahkan mungkin lebih baik daripada jika mereka dipaksa tinggal dalam rumah yang kosong cinta.
---
Aku ingin anak-anakku melihat ibunya bahagia
Aku tidak ingin mereka hanya mendapat “setengah diriku” yang terus berjuang dengan hati yang hancur.
Aku ingin mereka melihatku bangkit, jujur pada diri sendiri, dan memulai hidup baru dengan ketenangan.
Aku ingin mereka tahu:
Ibu yang bahagia akan menumbuhkan anak-anak yang kuat.
---
Hari ini aku menulis ini sebagai pengingat untuk diriku sendiri:
Bukan perceraian yang menyakiti anak-anak. Tapi rumah yang penuh luka pura-pura bahagia, itulah yang pelan-pelan membuat mereka bingung tentang arti cinta.
Aku tidak akan takut lagi. Karena aku tahu, apapun yang kupilih nanti, itu akan selalu datang dari tempat yang penuh cinta untuk anak-anakku.
---
🌸 Kalimat penguat:
"Aku layak bahagia, layak dicintai dengan benar, dan anak-anakku layak melihat ibunya hidup dengan hati yang utuh."
0 komentar:
Post a Comment