Hari ini aku kembali merasa seperti sendirian di rumah ini. Rasanya bukan cuma soal pekerjaan rumah atau anak yang rewel, tapi lebih ke rasa kosong karena orang yang seharusnya jadi partner hidupku tidak benar-benar hadir.
Aku lelah kalau semua harus dimintai tolong. Sekali aku minta, sering kali tak direspons. Kalau aku ulangi, dibilang cerewet. Dan yang paling menyakitkan adalah ketika aku akhirnya marah karena kelelahan, malah aku yang dimarahi balik.
Satu hal yang membuatku makin sesak adalah ketika dia berkata, “Aku kan sudah bantuin kamu kemarin,” padahal yang dia lakukan hanya sesekali. Seolah-olah satu kali membantu bisa menggugurkan semua rasa capekku setiap hari. Padahal yang aku butuhkan bukan bantuan sesaat. Aku butuh keterlibatan yang konsisten. Aku butuh kepekaan. Aku ingin merasa bahwa rumah tangga ini adalah milik kita berdua, bukan hanya aku yang memikul semuanya.
Aku tidak ingin dianggap sebagai istri yang menuntut. Aku hanya ingin dihargai sebagai pasangan hidup, yang suaranya didengar, yang lelahnya dilihat. Aku ingin dia tahu, aku butuh dia ada… bukan hanya ketika aku memintanya, tapi karena dia merasa itu adalah bagian dari dirinya sebagai suami dan ayah.
Hari ini aku menulis ini dengan hati yang berat. Karena aku sadar, aku rindu sekali rasanya punya pasangan yang benar-benar hadir.
0 komentar:
Post a Comment